Motivasi / Quotes / Kisah Inspiratif
![]() |
" Tersenyumlah jika kamu dihina karena itu tanda sebentar lagi kamu akan ditinggikan. Tuhan Maha Adil." |
![]() |
| " Bukan kita yang hebat tapi Allah yang memudahkan prosesnya". |
![]() |
| "Libatkan Allah dalam setiap urusan karena DIA mampu mengubah Mustahil Menjadi Mungkin" |
![]() |
"Jika kamu punya dua mata, lantas mengapa kau melihat orang lain dengan dua telingamu. Perlakukanlah orang lain dengan apa yang kamu lihat bukan apa yang kamu dengar". |
Jejak Waktu dan Persahabatan
Sejak pertama kali bertemu di bangku SMP, Nadia dan Rani sudah seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Nadia dikenal pendiam dan penyabar, sementara Rani ceria dan penuh semangat. Perbedaan itu justru membuat keduanya saling melengkapi. Mereka belajar bersama, makan siang bersama, bahkan saling menenangkan ketika salah satu sedang sedih.
Namun, ketika kelulusan SMP tiba, jalan hidup mulai menuntun mereka ke arah yang berbeda. Nadia melanjutkan sekolah ke SMA negeri di kota, sementara Rani memilih sekolah swasta di pinggiran. Awalnya, mereka masih rutin saling berkabar. Tapi, seiring waktu, kesibukan dan pertemanan baru membuat komunikasi perlahan memudar. Chat jarang dibalas, janji bertemu sering tertunda. Hingga tanpa disadari, hubungan mereka renggang begitu saja.
Beberapa tahun berlalu. Takdir rupanya belum selesai menulis kisah mereka. Secara tak terduga, mereka dipertemukan kembali dalam sebuah acara sekolah antar-SMA. Saat mata mereka bertemu, senyum yang dulu sempat hilang seolah muncul kembali tanpa canggung. Rani masih dengan tawa khasnya, dan Nadia masih dengan sorot mata lembutnya. Mereka berbicara lama, saling bertukar cerita, dan menyadari betapa banyak hal yang telah berubah — namun rasa persahabatan itu ternyata tak pernah benar-benar hilang.
Sejak saat itu, mereka kembali dekat hingga kelulusan SMA. Mereka sering belajar bareng untuk persiapan ujian, saling menyemangati saat lelah, bahkan menulis impian mereka di sebuah buku kecil yang mereka sebut “Buku Janji Masa Depan”.
Namun setelah lulus SMA, hidup kembali membawa keduanya ke jalan masing-masing. Nadia kuliah di luar kota, sementara Rani bekerja sambil melanjutkan studi. Waktu dan jarak sekali lagi menciptakan jarak. Nomor berubah, kesibukan menumpuk, dan akhirnya — mereka lost contact.
Berbulan-bulan berlalu. Suatu sore, Nadia sedang membuka media sosial dan tanpa sengaja menemukan postingan Rani. Dengan hati berdebar, ia menekan tombol “pesan”. Tak lama kemudian, balasan muncul. Dari percakapan singkat itu, hubungan mereka pun kembali hangat seperti dulu. Kini mereka sering saling berbagi cerita, mengingat masa lalu dengan tawa, sekaligus saling mendukung dalam perjalanan hidup masing-masing yang semakin dewasa.
Persahabatan mereka telah melewati jarak, waktu, dan perubahan, tapi tetap bertahan karena keduanya sama-sama belajar satu hal penting:
“Sahabat sejati bukanlah yang selalu bersama setiap waktu, melainkan yang selalu ada di hati, meski sempat terpisah oleh jarak dan kesibukan.”
Kini, Nadia dan Rani tahu bahwa kehidupan akan terus berubah, namun ada hal yang tak akan pudar—kenangan, kasih, dan persahabatan yang tulus.





